Minggu, 21 Maret 2010

PASAR UANG ANTAR BANK

Bank Indonesia menilai kondisi pasar uang antar bank (PUAB) sudah mulai membaik seiring penurunan suku bunga. Bahkan, suku bunga antar bank sempat membukukan bunga hingga 7% lebih rendah dari posisi sebelumnya di belasan persen.

Menurut Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad, seiring penurunan suku bunga acuan BI (BI Rate) dan suku bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tarif PUAB mulai turun. Bahkan, dia mengeklaim suku bunga PUAB saat ini ada di kisaran 7%. Dengan turunnya suku bunga ini menggambarkan terurainya segmentasi di kalangan bank yang membuat kusut aliran likuiditas.

"Jika dibandingkan dengan akhir tahun 2008 kemarin, saya pikir saat ini sudah oke. Kalau dilihat dari rate-nya itu masih dalam range yang normal, bahkan sudah berada di kisaran 7% hingga 9% saja," ungkap Muliaman usai menghadiri seminar dan outlook Perbankan dan Properti 2009 di Jakarta, Rabu (14/1).

Kendati begitu, Muliaman mengakui masih ada ketidakseimbangan posisi likuiditas di perbankan. Beberapa bank mengalami banjir likuiditas tapi di sisi lain bank-bank lainnya justru mengalami kekeringan. Namun, dia mengingatkan hal ini bukan gambaran pasti adanya segmentasi.

Muliaman beralasan kondisi tersebut bisa saja disebabkan turunnya permintaan akan likuiditas. Pasalnya, dengan kondisi sekarang kebutuhan akan kredit juga menurun. Sehingga, keperluan bank akan likuiditas turut mengalami kontraksi. Alhasil, berkurangnya permintaan justru lebih jelas tergambar dengan turunnya suku bunga.

"Tapi saya pikir mesti hati-hati mendefinisikannya. Saya melihat kalau harganya masih normal artinya demand and supply-nya juga normal. Segmentasi kan seperti bejana tidak berhubungan. Memang ada yang lebih tapi tidak ada yang sampai kekurangan," tutur Muliaman.

Berbeda dengan Muliaman, Direktur Treasury PT Bank Tabungan Negara (BTN) Saut Pardede mengaku suku bunga PUAB sempat mengalami penurunan. Tarif dibawah 10% hingga 7% sempat dibukukan, tapi tarif itu tidak berlaku terus menerus. Bank-bank berlikuiditas lebih masih menerapkan segmentasi terhadap bank lainnya. Akan tetapi dia berharap dengan turunnya suku bunga BI dan LPS, segmentasi ini bisa terselesaikan.

"PUAB itu kan harian jadi tarifnya selalu bergerak. Memang sempat menyentuh di bawah 10% tapi itu hanya sebentar. Saat ini tarif PUAB masih jauh lebih tinggi dibanding Fasbi (Fasilitas penarikan dana bank oleh BI)," jelas Saut.

Pascaruntuhnya Lehman Brother likuiditas global mengalami pengeringan drastis. Kondisi ini juga berdampak di dalam negeri. Apalagi saat itu penyaluran kredit perbankan sempat membukukan pertumbuhan hingga 36% (yoy). Akibatnya, di akhir kwartal III perbankan nasional dilanda krisis likuiditas yang berujung pada segmentasi dan macetnya aliran likuiditas via PUAB.

Bahkan pada Oktober 2007 tarif pinjaman antar bank versi Jakarta (JIBOR) sempat melonjak hingga 14% lebih. Padahal, sebelumnya tarif JIBOR hanya bergerak di level satu digit. Untuk itui BI menerbitkan kebijakan untuk mencairkan likuiditas di pasar.

Kebijakan ini di antaranyan menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman harian (overnight) perbankan melalui transaksi repo dari BI rate plus 100 basis poin (bps) menjadi BI rate plus 50bps. Selain itu, BI juga menurunkan tarif Fasbi dari BI rate minus 100bps menjadi BI rate minus 50 bps.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar